Senin, 29 Agustus 2011

Refleksifitas kritis Ramadhan


By.La ode Machdani A

Eforia merebak dimana-mana, disetiap penjuru dunia dan seantero alam semesta, semua makhluk merayakan kebahagiaan atas kedatangan bulan Ramadhan. Bulan yang ditunggu oleh setiap makhluk, apatalagi manusia sebagai makhluk paling mulia di muka bumi. Setiap manusia pasti merasakan kerinduan yang mendalam di kala menjelang  dan mengakhiri ramadhan. Ini menjadi pertanyaan bagi kita. Adakah sesuatu yang sangat spesial yang membuat sense of heppiness itu hadir dalam diri setiap manusia? Kenapa kita merasakan kerinduan yang sangat pada sesuatu yang kadang kita tak tahu apa yang kita rindukan di kala bulan itu datang? Manusia dan alam semesta akan merayakan bulan itu dalam suka maupun duka.

Fenomena sosial yang terjadi dikala ramadhan datang adalah banyaknya manusia yang hilir mudik untuk kembali ke kampung halamannya dan berkumpul dengan sanak saudara dan keluarganya. Saat bulan itu hadir, semua manusia tiba-tiba rindu pada kampung halaman dan sanak keluarga mereka. Ini menjadi fenomena yang yang harus dipertanyan pada diri kita, Apakah fenomena seperti ini adalah rutinitas tahunan ataukan memang ada hal lain yang mendorong kita untuk bertindak demikian?

Orang–orang yang tak mudik atau tidak punya kampung halaman pun, menginginkan juga untuk pulang (perasaan untuk pulang), tapi mereka tidak tahu kemana mereka akan melabuhkan perasaan itu. Paling dekat untuk mengobati perasaan itu adalah berkumpul bersama sanak keluarga.

Pada kebiasaan masyarakat muslim, perayaan akan bulan ramadhan oleh manusia adalah dengan mempersiapkan segala sesuatu. Fenomena ini dapat dilihat dalam lingkungan sosial sekitar kita yang tiba-tiba saja semua manusia sangat konsumtif, berburuh pakaian, makanan, dan barang perabotan lainnya untuk menyambut kedatangan bulan ramadhan. Rutinitas itu sebagai ajang untuk memenuhi dan menyambut panggilan ramadhan, panggilan sense of heppiness, dan panggilan kerinduan terhadap sesuatu.

Inilah fenomena kehidupan di kala ramadhan, tapi apakah tindakan kita mempersiapakan segala sesuatu dalam menyambut ramadhan, adanya kerinduan dan sense of heppiness pada diri kita adalah sesuatu yang biasa-biasa saja? Ramadhan adalah moment, yang mengingatkan manusia, menyatukan rasa, dan mengetuk diri untuk kita melakukan reflektivitas atas diri. Moment yang sangat berbeda dibandingakan dengan moment di sebelas moment lainnya.

Ramadhan adalah rahmat dan hidayah bagi alam semesta dan setiap manusia yang disediakan oleh sang Pencipta untuk kita kembali pada fitrah kita sebagai manusia. Oleh karena itu, sense of heppiness, rasa kerinduan yang mendalam dan persiapan yang kita lakukan sebenarnya adalah panggilan fitrah. Sifat dasar manusia yang selalu mengarahkan manusia pada hakekat kemanusiaannya. Jadi, ramadhan adalah moment latihan untuk melakukan perjalanan spiritual untuk kembali pada fitrah (suci), kepada Tuhan yang Maha Besar, Maha Indah.

Menurut pandangan para ulama, setiap doa yang kita ucapkan, maka alam semesta akan membantu mendoakan juga apa yang kita doakan. Silakan berdoa, ramadhan adalah musim paling baik untuk anda menanam kebaikan kepada diri, orang lain dan alam semesta.

Waullahu alam bi sawab.

Selasa, 21 Juni 2011

Prinsip Demokrasi; Bangunan Welfare State


Oleh: La Ode Machdani Afala

          Dalam kehidupan bersama, ada beberapa prinsip yang  menjadi pertimbangan di dalam merumuskan dan menyusun struktur kehidupan bersama yang lebih baik. Negara sebagai wujud dari kehendak kolektif yang lahir dari pergulatan realitas yang dialami oleh setiap insan manusia pada dasarnya harus memiliki bangunan beberapa prinsip yang menjadi arah gerak perwujudan kehidupan bersama. Prinsip persamaan (egaliter), kebebasan, keadilan, dan keamanan merupakan beberapa prinsip penting yang harus menjadi perimbangan untuk di dahulukan didalam penerapannya.

            Beberapa negara di dunia, dalam praktek demokrasinya lebih cenderung mengutamakan prinsip keamanan. Prinsip ini menjadi lebih utama pada negara-negara yang mengalami stabilitas politik yang tidak kondusif, tekanan dan kekacauan sosial yang akut. Sehingga praktek demokrasi dengan mengedepankan prinsip keamanan lebih penting dibandingkan dengan prinsip lainnya. Negara yang berada dalam kondisi chaos akan mengabaikan hak-hak sipil dan politik warga negaranya. Oleh karenanya, negara dalam praktiknya akan lebih melakukan tindakan represif, dan agak cenderung otoriter sehingga peran serta masyarakat menjadi minim.

         Namun dibeberapa negara yang lain, sebuah negara akan cenderung akan mengedepankan prinsip kebebasan, dalam artian negara memberikan peluang dan ruang yang luas bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan bernegara. Kebebasan dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan terhadap hak asasi manusia. Sehingga negara dalam hal ini, menjadi demokratis karena antara negara dengan rakyat menjalin hubungan yang partisipatif. Akan tetapi, dalam kondisi negara yang demikian, tanpa dilandasi dengan prinsip keadilan justru akan mengakibatkan keretakan dan kesenjangan sosial yang tragis. Dalam negara yang yang mengedepankan prinsip kebebasan ini lebih cenderung mengarah kepada kebebasan yang disalah artikan dimana kebebasan itu di arahkan kepada pencarian keuntungan sebesar-besarnya bagi individu. Kondisi ini akan mengarah pada praktek demokrasi yang liberal yang tidak menghargai prinsip kesetaraan (egaliter).

            Dalam negara yang dicita-citakan oleh Plato dan Aristoteles, prinsip keadilan menjadi hal yang di utamakan. Praktek demokrasi yang berpegang pada prinsip ini akan akan mengarah pada praktek demokrasi yang adil baik dari sisi ekonomi, sosial, politik, dan hukum. Prinsip keadilan pada dasarnya akan berefek besar pada terwujudnya prinsip-prinsip lainnya, persamaan (egaliter), keamanan, dan serta jaminan akan hak asasi manusia. Didalam prinsip ini, tidak berarti mengabaikan kebabasan manusia, justru prinsi kebebasan itu akan bisa terjamin dengan baik.
            Dalam konteks sosial yang lebih kompleks, atau negara yang sangat multikultural, maka praktek demokrasinya akan lebih rumit dibandingkan dengan konteks sosial yang cenderung homogen. Dalam negara yang sangar plural tersebut, prinsip keadilan tidak menjadi cukup tanpa di topang dengan prinsip pluralisme yang mengakui perbedaan dengan yang lainnya dan prinsip toleransi yang menghargai dan menghormati perbedaan. Bangunan prinsip ini, akan menjadi kokoh dalam masyarakat yang kompleks (heterogen) ketika bangunan kesadaran masyarakatnya menjadi baik dalam artian prinsip pluralisme dan prinsip toleransi benar-benar dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

            Oleh karena itu, jaminan terhadap kehidupan bersama harus selalu mengarah pada kebaikan bersama yang hanya bisa terbangun melalui prinsip keadilan, pluralisme, toleransi, kesetaraan/persamaan (egaliter), kebebasan serta keamanan. Praktek demokrasi akan berjalan dengan baik dalam bingkisan prinsip-prinsip tersebut.

Wallauhu alam bi sawab,

Minggu, 19 Juni 2011

Matinya Mahasiswa

oleh: La ode Machdani Afala

            Dalam sejarah perubahan, mahasiswa selalu mengambil andil yang cukup besar di dalam melakukan perubahan. Dimana perubahan yang dilakukan oleh mahasiwa itu dalam rangka meneggakkan keadilan dan membumikan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini dirampas oleh kaum yang menganggap dirinya memiliki legitimasi kekuasaan dalam menentukan nasib orang banyak. Mereka itu adalah para birokrat-birokrat pemerintah dan aparatur negara. Perubahan dilakukan oleh mahasiswa karena ia merasa bahwa identitasnya sebagai mahasiswa sehingga menggerakkannya untuk melakukan perubahan dan meneggakkan keadilan bagi setiap orang yang tertindas. Peran-peran ini hadir karena mahasiswa menyadari diri sebagai agent perubahan , agent pelopor dan melakukan pembelaan kepada rakya kecil dalam rangka meneggakkan keadilan sebagai akibat kebijakan pemerintah yang tidak memperhatikan rakyat kecil.

            Lantas dari manakah awal munculnya peran-peran tersebut? Dan kenapa harus mahasiswa yang mengemban peran itu? Adakah kewajiban itu harus di pikul oleh mahasiswa? Di dalam pandangan mahasiswa lembaga kampus adalah lembaga yang independent dimana intervensi politik itu di haramkan di dalamnya namun pada kenyataannya itu tetap terjadi. Lembaga kampus di percayai sebagai lembaga yang bisa melahirkan orang-orang yang memiliki kesadaran kritis dan spirit untuk melakukan perubahan, yang bertanggung jawab atas kehidupan orang banyak karena katanya mahasiswa adalah kumpulan para intelaktual dan yang memiliki idealisme yang tinggi dalam memperjuangkan perubahan. Oleh karena itu maka mahasiswa diserahi beban dan tanggung jawab yang demikian besar. Apakah memang demikian tanggung jawab yang harus di emban oleh kaum intelektual ini?

            Adakah orang lain selain mahasiwa yang bertanggung jawab atas ketidakadilan dan penindasan  terhadap orang lain? Semua sepakat bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain di sekitarnya. Sehingga tanggung jawab untuk melakukan perubahan dan pelopor pembaharuan itu tidak hanya wajib dilakukan oleh mahasiswa tetapi setiap orang melekat tanggung jawab pada dirinya sebagai makhluk sosial. Tetapi kenapa mahasiswa di tuntut lebih dibandingkan masyarakat biasa? Hal ini dikarenakan mahasiswa di golongkan sebagai kaum intelektual muda yang memiliki daya analisis dan solutif terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat dan karena independensi serta idealisme yang melekat pada mahasiswa itu sendiri.

            Namun, realitas mahasiswa sekarang menunjukkan sikap yang kini seakan lupa terhadap identitasnya sebagai mahasiswa dimana watak mahasiswa sekarang lebih mengarah kepada hal yang tidak prinsipil lagi, tetapi pada pemenuhan individualitanya. Misalnya realita mahasiswa sekarang ini cenderung apatis, heroik, hedon, akademik bangat, kuper dan sebagainya. Watak eperti inilah yang sekarang ini menggambarkan wajah mahasiswa sekarang dan itu  terjadi tidak lepas dari determinasi lingkungan dan tuntutan orang-orang di sekitar kita serta kebijakan/aturan yang dibuat oleh otoritas-otoritas kampus, dimana budaya-budaya kajian yang dulunya tumbuh subur di koridor kini sedikit demi sedikit mulai hilang di telan oleh keegoisan, kemalasan  mahasiswa itu sendiri serta aturan-aturan yang cenderung mengekang kebebasan manusia sebagai mahasiswa.

            Disisi lain mahasiswa itu sendiri terlalu menganggap diri sebagai sosok pahlawan untuk melakukan perubahan, mengarahkan  masyarakat untuk melakukan perjuangan secara masif untuk menentang ketidakadilan sehingga perkerjaan sebagai tempat mencari nafkah harus di tinggalkan, para tukang becak yang harus meninggalkan becaknya hanya untuk berdemo, masyarakat lain yang terganggu akibat demo yang kita buat sendiri dan akhirnya kita dianggap hero terhadap apa kita lakukan. Karena perasaan demikian sehingga kita selalu mencoba menunggangi masyarakat kecil untuk ikut dengan kita. Dan selanjutnya mahasiswa merasa sebagai super hero dalam menangani segala bentuk permasalahan kehidupan masyarakat.

            Disisi lain,di tengah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dengan pelayanan akses yang sangat tinggi di semua bidang kehidupan sehingga dengan mudah manusia dapat memperoleh apa yang mereka cari termasuk dalam menyiapkan ruang kerja bagi para lulusan mahasiswa dengan iming-iming gaji yang mensejahterakan hidup. Di tambah lagi tuntutan akan orang tua, lingkungan dan orang sekitar yang menjadikan kita harus bergegas cepat untuk selesai dari kampus dimana kampus hanya di jadikan sebagai pabrik izasah sebagai syarat untuk mendapatkan pekerjaan. Inilah yang menjadi dilema dikalangan mahasiwa sekarang ini. Dunia kampus telah menjadi pabrik untuk menghasilkan orang yang siap kerja di industri-industri para kapitalis. Inilah tuntutan hidup sekarang ini. Disisi lain kita sebagai mahasiwa harus memperjuangakan dan menyuarakan keadilan dan melakukan pengkaderan di lembaga kampus, dengan doktrin untuk loyal tehadap lembaga sampai melakukan pengekangan terhadap kebebasan junior dan bagaimana kita mengawal kebijakan pemerintahah untuk tetap berpihak kepada masyarakat luas. Identitas mahasiswa kini menjadi bias, tanpah arah, mahasiswa kini kehilangan jati dirinya sebagai mahasiswa. Era matinya mahasiswa kini telah lahir dan hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah yang dulu menjadi kenangan bagi pergerakan dan spirit mahasiswa.    

            Budaya posmodernisme kini telah menjadi tren baru dimana semua ruang telah di isi oleh  kepentingan kapitalisme global, semua wacana telah mangaburkan batas-batas baik dan buruk, benar dan salah sehingga dengan gampang pola pikir mahasiswa sekarang menjadi tak memiliki pijakan hidup maka lahirlah mahasiswa-mahasiwa pragmatik, hedon yang terjebak dalam dunia temporal/tidak jelas dan ini menambah suram kekaburan identitas kemahasiswaan kita. Mahasiswa kini tidak lagi memiliki nilai yang harus di perjuangkan  karena logika berpikirnya telah berubah dan di kendalikan oleh hasrat individualitasnya. Dan cara berpikir seperti inilah juga yang mempengaruhi mahasiswa di dalam melakukan dan menjalan kan perannya, entah itu didalam pergerakannya, pemberian solusi terhadap masalah bangsa dan akan mengaburkan bagaimana metodologi dalam meneggakkan keadilan dan mengadvokasi masyarakat kecil.

            Yang menjadi masalah sekarang, bagaimana seharusnya menghidupkan kembali Mahasiswa dengan mengembalikan ulang keidentitasanya?

            Dari sekian banyak mahasiswa yang ada, pasti ada satu atau dua orang yang tetap solid di dalam menjaga idealismenya dan mereka itulah yang harus kita jadikan rujukan dalam mengatasi problem mahasiswa sekarang dan disisi lain yang perlu kita lakukan adalah merekonstrusi paradigma kita untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang kita perjuangkan sebagai mahasiswa. Dan untuk merekonstruksi peradigma itu yang harus kita lakukan adalah mengembalikan kembali substansi dari keberadaan lembaga itu sendiri yaitu pengkaderan dalam artian pengkaderan itu harus membawa nilai sehingga pengkaderan itu sendiri bukanlah sebatas ritus dan ritual semata tetapi memang ada nilai yang ditanamkan, sekalipun nilai itu ditanamkan secara doktrinal. Pengkaderan yang sukses akan melahirkan kader yang kritis, kader yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan kehidupan. Dan yang lebih penting juga bahwa perbedaan zaman maka meniscayakan perbedaan metodologi dalam melakukan pengkaderan maupun dalam melakukan pergerakan sehingga tidak larut dalam eforia masa lalu. Tetapi bukan berarti kita tidak belajar masa lalu tetapi bagaimana spirit masa lalu  terkontekskan  di dalam masa kini. Kalau kita belajar dari falsafah hidup Mahatma Ghandi yang mengatakan bahwa ‘’perhatikanlah makananmu karena akan mempengaruhi pikiranmu, perhatikanlah pikiranmu karena akan mempengaruhi tindakanmu’’. Dalam artian kita harus belajar dari membenahi diri kita sendiri dan ketika kita sudah bisa membenahi diri maka kita bisa membenahi orang lain. Dan akhirnya melalui pengkaderan itu, kesadaran yang dulunya hanya berada di benak kini bisa menggerakan jiwa untuk terus melakukan perjuangan dan perubahan.

            Dan yang tidak kalah penting dalam membangun dan mengawal pengkaderan adalah dengan membentuk team pengkaderan/garda pengkaderan yang tetap solit dan konsisten didalam perjuangan nilai-nilai perjuangan itu sendiri. Pemikiran yang holistik dalam melihat masalah kemahasiswaan saat ini adalah salah satu cara bagaimana kita merekonstruksi kembali budaya dan mengembalikan identitas mahasiswa. Sekalipun didalam memperjuangkan masyarakat kecil, mahasiswa merasa heroik/superior dan memang harus seperti itu. Bayangkan kalau kita tidak memiliki keberanian dan merasa tahu dalam melakukan pergerakan atau perubahan? Maka bisa di pastikan tidak ada mahasiswa yang lagi mengadvokasi masyarakat dan berjuang bersama rakyat, yang salah adalah ketika perasaan heroik/Superior itu lepas dari nilai-nilai yang kita perjuangkan bagi rakyat dan perubahan. Mahasiswa mengambil peran ini adalah suatu pilihan bukanlah paksaan yang harus diwajibkan bagi setiap orang. Intinya lembaga kemahasiswaan adalah motor pertama di dalam menggerakan dan menyelenggarakan pengkaderan, sehingga lembaga itu sendiri sebenarnya adalah ruh dari pengkaderan.

            Perubahan adalah sesuatu yang melekat dalam diri kita
            Tak berubah berarti itu adalah kematian bagi kita
            Perubahan adalah gerak itu sendiri
            Karena gerak adalah makna dari hidup

Kesadaran Kolektif

Oleh: La Ode Machdani afala

Kata sebuah pepatah, banyak orang itu lebih baik dari sedikit apatalagi satu orang. Banyak orang mengindikasikan banyaknya tenaga, karena terhimpunya beberapa kekuatan dari setiap orang. Terhimpunya beberapa pemikiran, solusi, metode, alat dan energi. Dengan begitu semua kegiatan yang dikerjakan akan menjadi ringan, efektif dan efisien. Itulah keuntungan besar dari kebersamaan.

Dalam kehidupan sosial, berkumpullah beberapa orang dengan berbagai latar belakang dan kultur yang berbeda sebagai akibat asimilasi dan akulturasi budaya. oleh karena itu, kehidupan sosial sebagai wujud kehidupan bersama harus terbangung dari kehendak kolektif dalam bentuk kesepakatan sosial yang kemudian dijewantahakan kedalam norma-norma sosial yang mengatur kehidupan bersama. Regulasi moral ini sebagai aturan kolektif untuk menjaga tatanan kehidupan kelompok masyarakat tersebut. Regulasi yang terbangun dari play stage (diri ), game stage (keluarga ) sampai pada sosial stage, sehingga integritas sosial yang terbangun dari setiap individu menjadi lebih kuat. Ini akan berlangsung dengan baik dengan adanya proses sosialisasi,  internalisasi, dan identifikasi yang dilakukan setiap individu untuk memahami dan mengikatkan dirinya pada regulasi moral yang ada. Ketaatan pada regulasi moral ini akan akan melahirkan integritas dan solidaritas sosial yang mampu menyatukan dan menggerakan masyarakat.

Bangunan integritas dan solidaritas ini akan terbangun jika ada kesadaran kolektif (Emile Durkheim) untuk menjatuhkan diri dalam realitas kemasyarakatan dan pemahaman terhadap kebaikan bersama. Kesadaran kolektif akan terjaga dengan baik oleh norma-norma, sistem hukum yang berlaku yang mengarahkan kepada integritas sosial.

Namun, dalam kehidupan manusia tidak dapat dielakkan bahwa perubahan sosial pasti akan terjadi sebagai akibat dari perkembangan teknologi dan sains oleh manusia. Perubahan yang cepat akan menggantikan peran-peran lama yang ada di masyarakat sebagai akibat pembagian kerja yang menghasilkan suatu kebingungan norma yang pada akhirnya meruntuhkan norma-norma itu sendiri. Inilah keadaan yang disebut oleh Durkheim dengan Anomie. Kondisi dimana munculnya bentuk-bentuk prilaku menyimpang semisal bunuh diri (suicide).

Dalam masyarakat tradisional, kesadaran kolektif masih sangat kuat, tapi dalam kehidupan modern kesadaran kolektif semakin rapuh. Kerapuhan  terjadi sebagai akibat ketidakmampuan norma sosial didalam mengakomodasi perubahan sosial. Norma yang tidak terbuka terhadap dinamika sosial  justru mengarahkan pada terancamnya integritas sosial. Kondisi ini terlihat dari kerapuhan lembaga tradisional untuk memenuhi kebutuhanya, kesenjangan ekonomi, dan kekerasan massa yang akut. Kondisi sosial yang ‘shock’  seperti ini akan mengakibatkan kebingungan sosial.

Oleh karena itu, untuk membangun integritas sosial yang kokoh, kesadaran kolektif harus terbangun terlebih dahulu. Untuk itu, norma-norma sosial harus terbuka pada segala bentuk dinamika kehidupan. Peran-peran sosial baru yang lahir dan terbentuk sebagai bentuk perkembangan teknologi dan sains kemudian menempati struktur baru dalam struktur sosial yang lebih luas. Perkembangan ini juga kemudian melahirkan heterogenitas peran didalam masyarakat. Integritas sosial pada akhirnya harus dibangun diatas peran-peran masyarakat yang saling komplementer dalam dinamika sosial kemasyarakatan. Kondisi ini yang disebut Durkheim dengan ‘solidaritas Organik’ yang akan membangun kembali kesadaran kolektif.

         “sikap kebersamaan (egaliter) terbangun dari keinginan kita akan kebaikan bersama” (Dhani)



Topeng Modernisme


Oleh: La Ode Machdani Afala

Salah satu fenomena menarik yang mewarnai perkembangan masyarakat kontemporer, khususnya kota-kota besar adalah marak tumbuhnya wacana, trend, dan gaya hidup baru.  Perkembangan tersebut tidak lepas dari perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern dimana manusia dimanjakan dengan berbagai kemudahan-kemudahan dalam menjalani kehidupannya. Teknologi yang canggih telah menjadikan garis lintang dan garis bujur bumi semakin pendek sehingga jarak tidak menjadi masalah lagi untuk mengetahui belahan bumi lainnya.
Dalam babakan baru kapitalisme lanjut, lahir wacana posmodernisme, sebuah wacana yang didalamnya diciptakan ruang-ruang bagi pembebasan hasrat manusia dari berbagai katubnya. Pembebasan energi libido seksual dari kungkungan Freud, pembebasan energi kehendak  dari kungkungan Marx, pembebasan tanda dari kungkungan semiotika Saussure, pembebasan energi kedangkalan dari kungkungan modernisme dan pembebasan tubuh dari kungkungan moralitas yang mengekang. Pembebasan hasrat manusia dialirkan melalui saluran bebas hasrat; lewat kanal ekonomi yang menciptakan ekonomi libido (libidonomic) yang mengarahkan kita kepada high consumtion (logika belanja), lewat kanal politik yang menciptakan politik hasrat yang haus akan kekuasaan (politik citra), lewat kanal komunikasi yang menciptakan ekstasi komunikasi, lewat kanal media yang menciptakan ketelanjangan media.
Perkembagan ini ditandai dengan perubahan paradigma dalam memahami kondisi realitas manusia. Sebuah paradigma dimana realitas sosial adalah produk dari hasrat (keinginan) dan mengarahkan manusia kepada the culture narcissime yang selalu mencari popularitas, publisitas, dan ketenaran untuk membangun image (citra). Dalam realitas sosial tersebut terbentuklah masyarakat skizoferenia dalam istilah Felix Guattari, sebuah masyarakat yang mengidap penyakit yang melakukan gerakan pembebasan diri dari berbagai aturan-aturan (Anti Oedipus).
Paradigma yang terbentuk kemudian menjadikan manusia teralienasi dari dirinya sendiri, manusia tidak lagi menjadi tuan atas ciptaannya tapi menjadi budak, manusia diarahkan pada kondisi yang temporal/ambigu yang senantiasa berubah dan melupakan prinsip hidup dan identitas diri. Inilah yang di sebut oleh Mark Slouka dengan fragmented knowledge and consciousness.

Jumat, 17 Juni 2011

Derita kerinduan


Oleh: La Ode Machdani Afala

duhai Engkau yang Maha Cantik,,,
betapa aku sangat merindukanMu
terasa ragaku remuk retak karenaMu

duhai yang aku Rindukan....
hatiku ini tak sanggup menampung kebahagiaan ini
sekiranya aku bisa berbalas budi Padamu
maka tak ada ikhtiarpun yang akan ku sanggupi

duhai yang ku Cintai....
ku ingin ungkapkan semua rasa ini padaMu
tapi ku tahu, rinduku ini tak akan bisa terobati
sekalipun semua keindahan alam semesta dihadapkan padaku

duhai yang memberiku Rindu...
izinkan aku menyapaMu dalam derita kebahagiaanku ini
izinkan aku mencicipi setetes anggur cintaMu
karena tulang dan darah ku ini merintih ingin memelukMu

duhai yang Terindah....
gejolak jiwaku ini berdenyut kegirangan menyebut namaMu
sekalipun ku tahu aku hanya bisa mengatakan aku cinta padaMu

duhai Engkau yang Maha Indah,,,
kini biarkan aku menjadi pengemis rinduMu
biarkan aku merintih dengan derita dan derai tangisanku ini 
karena rindu ini telah menjadi kobaran api yang membakar jiwaku

duhai kekasih hatiku,,,
ku ingin cumbui Engkau dalam puncak kenikmatan iman
karena hanya Engkaulah penawar deritaku, penyembuh lukaku, penyejuk dukaku,dan pengobat pedihku

Hilangnya Negara



Oleh: La Ode Machdani Afala
Salah satu negara terkorup di dunia adalah Indonesia. Negara ini tercatat sebagai negara dimana hampir  semua departemen dan instansinya termasuk dalam daftar  KPK dan di terjerat kasus korupsi. Kalau di lihat dari sumber daya alam dan manusianya, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya, yang memiliki karakteristik sebagai negara yang maju. Akan tetapi negara ini tidak demikian adanya. Apa sebenarnya yang terjadi dinegara kita??

Sumber daya alam yang kaya membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional agar bisa dikelolah dengan baik. Kalau dilihat dari prestasi bangsa ini, telah banyak orang-orang yang telah mengukirkan namanya di ajang internasional dalam meraih prestasi dari juara fisika, matematika dan strategi perang. Sumber daya manusia yang mampu mengelolah dan memanajemen sangat dibutuhkan oleh bangsa ini. Secara keseluruhan untuk meningkatkan kaulitas sumber daya manusia dan pengelolaan sumber daya alamnya dibutuhkan manajemen yang profesinal. Oleh karena itu, peran negara sangat dibutuhkan. Negara menjadi fasilitator yang mengatur dan mengarahkan serta bisa menyiapkan bibit manusia yang tangguh bagi kemajuan bangsa.

Akan tetapi ketika peran negara telah hilang, maka semua cita-cita yang didudukan bersama akan hilang juga. Dan ini akan berakibat pada kesengsaraan manusia, kesenjangan sosial dan ekonomi serta tergerusnya spirit Ilahia dalam kehidupan manusia. Peran negara tersebut telah diambil oleh kelompok berdasi yang telah melakukan tindakan kriminal atas nama rakyat. Semua tempat dan lokus sistem sosial telah terkontaminasi oleh kepentingan berdasi (White color crime), semua organisasi sosial dan kepemudaan sudah terklaim menjadi sayap-sayap partai, presiden dan pejabat-pejabat negara tidak lagi bicara atas nama negara tapi bicara atas nama partai dan kepentingan kelompoknya. Akhirnya kerja –kerja pemerintahan yang seharusnya dikerjakan oleh aparatur negara hilang ditelan oleh kepentingan partai  yang pada dasarnya berorientasi pada kekuasaan dan keuntungan sebesar-besarnya.

Perkawinan antara para pejabat dan pengusaha  (Kleptokrasi) telah melahirkan sistem baru dalam negara kita. Sistem yang cenderung liberal, sistem yang menghancurkan sistem sosial yang terbangun diatas kekeluargaan, ikatan emosional yang kuat dan erat. Dan hanya akan melahirkan manusia-manusia yang kerdil dan hidup sebatang kara ditengah ramainya kehidupan sosial.  Perkawinan ini akan berakibat besar pada sistem dan pola kebijakan pemerintahan yang melonggarkan virus berdasi untuk masuk dan merusak tatanan dan sistem sosial yang telah dibangun masyarakat sejak dulu kala.

Salah satu akibat dari lahir dan berkembangnya kleptokrasi ini adalah sistem pemilihan legislatif yang tidak mengizinkan katerlibatan pegawai negeri sipil dan TNI untuk mencalonkan diri pada pemilihan legislatif, sehingga yang terjadi adalah semakin membuka peluang pada masuknya pihak swasta untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum. Ini berakibat pada  pemilihan yang sarat dengan money politik dan transaksi politik yang sangat tinggi karena para calon-calon tersebut notabenenya adalah mereka yang memiliki modal banyak. Keberadaan  Kelompok swasta inilah yang melahirkan politisi-politisi liberal. Ditambah lagi dengan rekruitmen yang tidak konsisten dan profesional serta sarat money politik. Sehingga dalam pemilihan kemudian yang terjadi adalah pembelian suara. Cost politik yang di keluarkan oleh para calon akan berakibat pada  pengembalian modal dan pencarian keuntungan ketika terpilih dalam dan duduk di kursi legislatif ataupun eksekutif. Logika modal telah menggeser logika formal yang duduk diatas normatifitas rasio.

Para penguasa yang pada dasarnya memperoleh kekuasaan akan semakin memudahkan aksesnya untuk menghendaki dan mewujudkan keinginannya tanpa perlu memikirkan kontituennya. Yang terpikirkan adalah bagaimana mengembalikan modal dan mendapatkan keuntungan.

Pengusaha yang berkuasa akan mengunakan dalih  logika investasi sebesar-besarnya dengan jaminan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang secara teoritis memang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tapi pada realitanya kemiskinan semakin merajalelah di negeri ini. Hal Ini menandakan bahwa pengingkaran janji antara pemerintah dengan rakyatnya telah dilanggar. Pemerintah tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat tetapi pemerintah telah beralih profesi menjadi pengusaha yang berkuasa atas rakyatnya.

Netokrasi (Jejaring Rakyat); Bangunan Masyarakat Digital




Oleh: La Ode Machdani Afala

Dunia dengan perkembanganya telah menempatkan tekno-mesin sebagai pusat segala sesuatunya. Perkembangan teknologi yang spektakuler ini melahirkan mega-mesin, dimana semua sendi kehidupan dipenuhi dengan mesin-mesin. Perkembangan ini telah mengantikan kerja-kerja dan tanaga manusia dengan mesin. Perkerjaan yang dulunya dikerjakan dengan menggunakan tangan manusia sekarang dikerjakan oleh mesin-mesin sebagai bentuk penemuan akan kebutuhan dan desakan sosial untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Mesin lahir sebagai evolusi pemikiran manusia yang pada dasarnya merupakan perwujudan kurioritas yang tinggi untuk memecahkan dan mengungkap tabir rahasia segala alam eksistensial.

Lahirnya industrialisasi yang ramai telah meletakan norma-norma baru sebagai wujud adaptifitas perkembangan zaman. Industri yang menjamur di berbagai tempat telah mengubah dan menjadikan wajah baru dunia modern serta pertambahan penduduk dan tingkat kebutuhan yang memerlukan tenaga besar menjadi hal yang penting. Dan bahwa efisiensi dan efektivitas serta produktivitas yang tinggi menjadi prioritas utama.
Abad teknologi adalah tanda abad percepatan. Dunia seakan berlari begitu cepat dan meninggalkan penghuninya, dunia terlipat beberapa lipatan sehingga bentangan garis lintang dan bujurnya menyusut berpuluh-puluh derajat. Penemuan satelit, internet, dan media komunikasi dan elektronik lainnya telah memanjakan manusia dari ketersiksaannya selama ini. Kondisi tersebut pada akhirnya menggiring manusia pada satu titik kesadaran yang tak disadarinya dimana manusia masuk ke dalam gerbong yang dibuatnya sendiri sehingga terbawa arus teknologisasi. Dalam hal ini, manusia tidak mampu mengendalikan hasil ciptaannya sendiri, karena ternyata penemuan mesin-mesin tersebut justru berbalik mengendalikan manusia, dalam artian manusia teralienasi dari ciptaannya sendiri. Dan bahwa manusia dikendalikan oleh ciptaannya sendiri (reifikasi).

Kelahiran mega-tekno-mesin yang tidak terkendali telah menciptakan jaringan-jaringan sosial baru, dimana manusia memanfaatkan kemajuan tersebut untuk membangun sistem kehidupan baru. Semisal lahirnya beberapa jaringan teroris, jaringan hecker, jaringan penjualan anak dan perempuan, jaringan bandit, jaringan parpol, jaringan media, dan jaringan sosial lainnya. Manusia dengan kemajuan itu menemukan kehidupan baru, dimana sebuah komunitas sosial yang menghubungan manusia dengan berbagai versi wajah dan karakter manusia dalam dunia virtual dan menemukan kesenangan tersendiri ketika berada dalam komunitas itu.

Perkembangan teknologi juga terjadi di dalam tata pemerintahan dan kelola negara dimana semua aktivitas pemerintahan atau penyelenggaraan negara telah dikendalikan oleh tatanan jaringan; e-government, e-ekonomic, e-commers. Dunia jaringan ini telah menciptakan dunia baru, dunia maya yang menampakan bayangan-banyangan semu dari setiap realitas hakiki. Kondisi ini disebut dengan hyperrealitas (melampaui realitas). Hyperrealitas kemudian menguasai dan menggantikan semua realitas; realitas sosial, budaya, politik, ekonomi, agama, dan hukum. Sehingga dengan demikian manusia disuguhi dengan sajian praktis dan instan dengan mengkonsumsi realitas maya (imajiner) yang membangun kesadaran palsu.

Kesadaran palsu yang terbangun dalam konstruk pemikiran manusia sebagai akibat hyperrealitas akan mengarah pada nihilisme dan pragmatisme hidup. Kondisi ini akan berdampak pada pola komunikasi dan kontruksi peradaban manusia yang mengarah pada narsistik, egoistik, dan vulgaristik yang melupakan substansi. Di sisi lain, pola pemikiran tersebut juga akan berefek pada kondisi sosio ekonomi dan pemerintahan yang mengarah pada resiko tinggi bagi kehidupan manusia. Karena tatanan budaya, pemerintahan, agama, sosial, dan hukum tergerus dan digantikan oleh tatanan baru yang menolak religiusitas, aturan, nilai dan norma.

Keterjerambapan manusia dalam realitas virtual (Hyperrealitas) akan semakin mengikis spirit ilahi dalam diri manusia dan terbangunnya ikatan emosional yang dangkal yang terjalin atar manusia. Manusia pada akhirnya hanya akan mewakilkan dirinya pada corengan garis, suara, warna sebagai tanda bahwa pengakuan akan eksistensi dirinya. Manusia-manusia dunia pada akhirnya akan dihuni oleh robot-robot dan hantu-hantu yang tanpa ruh dan jasad karena telah terpisahkan oleh digitalisasi realitas.
Dalam ilmu politik dan pemerintahan, pada dasarnya rakyat (manusia) diperintah oleh negara (pemerintah) atas nama rakyat banyak (demokrasi), diperintah sedikit orang (aristokrasi) atau diperintah oleh satu orang (monarki), akan tetapi dalam dunia mega-tecno rakyat di perintah oleh jejaring rakyat (netokrasi) sebagai sistem otoritas baru yang mengantikan posisi dan peran negara.

Manusia dalam netokrasi tidak lagi terikat pada negara, akan tetapi manusia mengendalikan dirinya dengan kebebasan di dalam mengatur dirinya melalui jejaring virtual. Inilah masyarakat digital yang berada dalam larutan citra dan dalam kedangkalan makna.

Minggu, 12 Juni 2011

Investasi Pasca Desentralisasi

Laparka kwodong


Sebuah Thesis menemukan bahwa Iklim investasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi selama pelaksanaan desentralisasi. Hal berarti semakin baik iklim investasi maka pertumbuhan ekonomi akan menurun. Patut diduga investasi yang masuk mensyaratkan kedekatan dengan Pejabat, maka semakin buruk semakin banyak investasi yang masuk.

Kalo begitu bukan investasinya yg salah. Tapi kebijakan????

Secara teoritik memang hal ini bertentangan, sebab iklim investasi yang baik merupakan variabel yang mendorong investasi masuk kesuatu daerah. Hasil analisis regresi dari model yang sya bangun dalam studi ini dengan menggunakan data panel justru menemukan pengaruh yang negatif. Maka tentu disini memerlukan penjelasan tambahan atas beyond the scene atas variabel iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penjelasan pertama dapat dilihat melalui pengruh variabel antara yakni menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi yakni PMDN + PMA, dalam studi ini juga menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi, dari temuan ini harusnya bila konsisten maka tidak ada hubungan yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan iklim investasi. Maka tentu kita butuh penjelasan tambahan, oleh karena itu saya menduga sebagai suatu tesa awal bahwa investasi yang masuk di Indonesia lebih didorong oleh kedekatan dengan Penguasa, sehingga iklim investasi yang buruk akan lebih disukai oleh para investor, mka reliasai investasi menjadi lebih meningkat dan secara otomatis mendorong pertumbuhan ekonomi. Demikian sebaliknya bila iklim investasi lebih baik, transparan dan bebas pungli akan terjadi sebaliknya, tetapi secara model ekonometri tuk tesa ini masih perlu diuji.

(diskusi bersama k’Boge)

Selasa, 07 Juni 2011

Saturday of the day at Morning




Kecerahan pagi yang membangunkan aku dari tidurku menjadikan hari ini seakan mengantarkan aku untuk melakukan berbagai aktivitas,,,,,,,,cerah,,,,,,,,,,kelembutan dan belaian angin dengan dingin yang membekas di pipiku mengingatkanku pada kampung halamanku tempat aku di besarkan oleh belaian seorang perempuan yang aku sayangi...semoga Allah swt melindunginya!

Ku awali pagi dengan berusaha melepaskan belenggu dekapan tidurku hingga akhirnya akupun terbangun dari kasur mimpiku, memulai pertanyaan dengan, apa yang akan ku kerja hari ini????
Dari ufuk timur, tabir matahari mulai muncul untuk memberikan kehangatan pada tumbuhan, binatang, dan diriku,,,,semoga kehangatannya sehangat harapanku hari ini,,,,,,,,,amin!!!
Kini kabutpun membubul ke awan melepaskan diri dari jeratan malam yang menidurinya, bagaikan burung yang lepas dari sangakarnya dan dedaunan mulai menari menampakan pesona dan menaburkan semerbak harumnya tuk menghiasi dunia,,,,,indah,,,,,

Tabir sang surya menampakan kegagahanya di hadapan para kalian yang menunggunya, melintasi cakrawala dan masuk ke dalam relung-relung kehidupan menghidupan dari penantian dan mimpi malamnya,,,,,

Dan Kicauan burung ikut meramaikan senandung dengan tepukan gendang ria kehidupan, seolah hidup
adalah milik mereka bersama,,,,,

Kini aku tersipuh malu pada kalian yang mengajarkan aku tentang arti dari sebuah hidup, bagaimana semestinya hidup,,,,,,entalah apakah kalian mengerti dengan kerisauanku tentang hidup,,,,,akupun mulai bertanya untuk belajar dari cara hidup kalian,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Bagaimana kita yang materi menyentuh/merasakan Tuhan yang non materi???


Bahwa di dalam diri manusia terdapat unsur non materi dimana sesuatu itu bernama jiwa dan jiwa ini dimiliki setiap mahkluk hidup. Jiwa manusia adalah fakultas yang menjadikan potensi yang ada dalam diri manusia itu menjadi teraktual misalnya melihat , mendengarkan, merasakan. Semua itu adalah contoh dari aktualitas potensi jiwa.

Kemudian asumsi lainnya bahwa didalam epistemologi, kita mengenal beberapa pembagian ilmu terutama ilmu Hudhuri dan ilmu Hushuli, dimana ilmu hudhuri adalah ilmu antara objek dan subyeknya tidak terpisah dalam artian menyatu antara subyek dan obyeknya sehingga pengetahuan dari sesuatu itu objektif tanpa keraguan sehingga kita tidak perlu lagi menilai tentang benar dan salahnya sesuatu itu karena kita langsung menyaksikannya. Sedangkan ilmu hushuli adalah ilmu dimana antara subyek dan obyeknya itu terpisah dalam artian obyek kajiannya berada di luar subyek sehingga untuk mengetahui kebenaran obyektif dari sesuatu itu di perlukan analisis/usaha dalam pemikiran dalam mengetahuinya sehingga kita bisa menilainya benar atau salah dari sesuatu itu. Sebagai contoh ketika anda menanyakan tentang kota mekkah kepada seseorang yang dari mekkah, maka orang tersebut akan mendiskripsikan/menjelaskan kepada anda tentang mekkah itu bahwa kota mekkah itu seperti ini dan itu, dalam artian anda hanya bisa membayangkan karena kota mekkah itu sendiri berada jauh dari diri anda sebagai subyek. Itulah contoh ilmu hushuli ketika anda mengetahui sesuatu itu melalui perantaraan sehingga kebenarannya pun masih diragukan. Berbeda dengan orang atau kita langsung hadir/datang ke mekkah sehingga kita bisa menyaksikan langsung dan pengetahuan kita tentang mekkah akan lebih obyektif di banding kita tidak datang dan tidak menyaksikannya secara langsung. Ilmu hudhuri bahwa antara kota mekkah sebagai obyek itu tidak terpisah dengan kita sebagai subyek sehingga kita tidak perlu/butuh banyak usaha untuk menilai benar dan salahnya tentang bagaimana kota mekkah tersebut karena kita telah hadir dan menyaksikannya secara langsung.

Olehnya itu, untuk mengetahui sesuatu di luar diri kita, kita membutuhkan analisis pemikiran berdasarkan pengetahuan yang kita miliki sedangkan jika sesuatu itu tidak berada diluar diri kita tapi bahwa sesuatu itu menyatu dengan diri kita maka kita tidak membutuhkan lagi analisis dan pemikiran yang panjang tentang sesuatu itu karena kita langsung mengetahuinya dan menyaksikannya secara langsung. Sekarang bagaimana kita yang materi menyentuh/merasakan Tuhan yang non materi??? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita mempertanyakan apakah Tuhan itu terbatas? Apakah Tuhan meliputi segala sesuatu ataukah tidak? Apakah Tuhan itu berada di dalam diri kita ataukah berada di luar diri kita? Dan Bagaimana sebenarnya konsep Tuhan itu sendiri hadir dalam diri kita?

Secara rasionalitas pasti kita mengatakan bahwa Tuhan itu meliputi segala sesuatunya, di mana tidak ada satu tempat pun di dunia ini maupun dialam semesta ini yang tidak dilingkupinya. Kalaupun kita menolaknya maka semua landasan berpikir kita menjadi gugur dan itu mustahil terjadi. Oleh karena itu, Tuhan itu meliputi segala sesuatu termasuk manusia itu sendiri sebagai ciptaannya. Sebagaimana Tuhan meliputi segala sesuatu maka kita sebenarnya mengetahui konsep Tuhan dan merasakan/menyentuhNya, itu melalui pengetahuan Hudhuri dimana kita dan Tuhan tidak dipisahkan oleh apapun juga dalam artian subyek dan obyek tidak terpisah karena kita sendiri dilingkupi olehNya, ibaratnya kita adalah setetas air yang berada dalam lautan yang tiada bertepi dan penuh dengan kenikmatan dan lautan itu adalah Dia.

Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana kita yang materi merasakan/menyentuh Tuhan yang non materi ambillah contoh yang paling dekat dengan diri anda sendiri yaitu diri anda sendiri. Hal ini kita lakukan dengan merenung untuk memulai merasakan/menyentuh diri kita sendiri yang terdalam. Apakah Kita ini sendiri adalah diri kita sendiri bukan orang lain?? Dari mana kita tahu bahwa diri ini adalah diri kita sendiri bukan orang lain dan apa buktinya??

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa kita jawab dengan melakukan perenungan yang dalam tentang diri kita sendiri. Jadi pada dasarnya kita mengetahui diri kita bahwa bukan orang lain tapi kebenaran yang kita peroleh adalah obyektif tanpa keraguan dan itu pasti benar. Dalam artian kita mengetahui bahwa diri ini adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain itu melalui pengetahuan Hudhuri. Kita menyaksikan langsung tanpa perantara bahwa diri ini adalah diri kita sendiri bukan orang lain.

Dan pada dasarnya ketika kita merenung dan merasakan diri kita sendiri dalam artian kita mengenal diri kita sendiri maka sesungguhnya kita tidak melibatkan materi/jasad kita dalam mengenal diri kita karena pada dasarnya materi itu sendiri adalah kendaraan bagi kita menuju Tuhan. Tetapi yang mengetahui dan yang di ketahui oleh diri kita tentang diri kita sendiri adalah ke-Aku-an (jiwa) kita yang non materi. Oleh karena itu, untuk merasakan yang non materi harus melalui non materi juga yang ada dalam diri kita.

Kita juga bisa mengambil contoh lain dan merasakan/menyentuh Tuhan yang non materi, ini kita bisa lihat dari contoh kehidupan kita sehari misalnya hubungan antara orang tua kita yaitu ibu kita dengan diri kita sendiri. Seorang ibu didalam membesarkan anaknya dengan kasih sayangnya mulai dari kita berada didalam kandungan sampai akhir hayat kita dan kita pun sebagai anak merasakan sebaliknya kasih sayang ibu tersebut di dalam diri kita. Kalau kita mengambil contoh ini dalam menjelaskan masalah diatas maka kita akan memulainya lagi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut. Bagaimana rasa kasih sayang itu terbangun antara ibu kita dengan diri kita? Apakah hubungan kasih sayang itu adalah sesuatu yang hakiki ada dan terjadi?

Dalam menjawab pertanyaan ini sama dengan jawaban pertanyaan sebelumnya bahwa hubungan kasih sayang yang terbangun antara ibu dengan diri kita karena kita memiliki ke identikan dengan ibu kita dimana jiwa kita senantiasa merasakan kehadiran kasih sayang dari seorang ibu dan hubungan ini adalah hubungan yang hakiki bukan hubungan aksidental olehnya itu kita bisa senantiasa merasakan kasih sayang seorang ibu terhadap kita dimana pun berada (tanpa di batasi oleh ruang dan waktu) dan hubungan itu sifatnya non materi.

Dalam kasus lain kita bisa menjawab masalah diatas dengan sepenggal kisah contoh sebagai berikut.
Ketika anda berlayar dengan sebuah kapal dan pada saat itu anda berada di tengah lautan dan kemudian terjadi ombak besar dengan angin yang sangat kencang disertai kilat dan guntur yang membuat suasana semakin mencekam dan pada saat itu kapal anda akan tenggelam dan itu berarti keselamatan anda terancam, lalu anda meminta tolong. Pertanyaannya, anda meminta tolong pada siapa? Tentu pada Tuhan. Apakah ketika anda meminta tolong kepada Tuhan, Apakah konsep Tuhan dalam benak anda itu adalah buatan pikiran anda semata sehingga anda meminta pertolongan pada hasil pikiran anda? Ataukah memang Konsep Tuhan dalam benak anda adalah sesuatu yang hakiki, bukan buatan anda sendiri? Pertanyaan itu akan mudah anda jawab dengan merenung dan berpikir tentang pertanyaan itu sendiri. Dan dalam kasus ini bahwa apa yang ada dalam benak kita tentang konsep Tuhan adalah benar-benar ada dan bukan buatan khayalan pikiran manusia, karena orang manapun baik ateis atau tidak, mustahil menyembah Tuhan hasil pikirannya sendiri dan pasti mengakui bahwa sosok yang dimintai pertolongannya dalam kasus itu bukanlah buatan khayalan semata, tapi adalah benar-benar ada.

Kesimpulanya bahwa untuk merasakan/menyentuh Tuhan dalam artian mengetahuinya adalah dengan mengenal diri kita sendiri. Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu,Siapa yang tidak mengenal dirinya maka dia tidak akan mengenal Tuhannya. Dengan mengenal diri (arafa nafsahu) kita bisa menyibak semua realitas diri kita dan Alam semesta ini dan bagaimana kita seharusnya di hadapan Rabb. Mengetahui hakikat dalam diri kita adalah kunci mengenal Dia sesungguhnya.

Kita tak perlu berlari jauh dan melangkahkan kaki untuk mencari bayangan kita
Kita tak perlu memegang bintang untuk melihat bintang nan jauh
Kita tak perlu berteriak untuk memanggil diri kita yang tak berjarak
Karena semua yang engkau inginkan ada didalam diri anda sendiri

Wallahu allam bisawab
La Ode Machdani Afala
(PK 7, D Pondok Istikomah, kamar 126, selasa,jam 11.36 wita.23 january 2010)

Sabtu, 04 Juni 2011

Avatar Indonesia

Dalam beberapa bulan belakangan ini masayarakat indonesia dihadapkan dengan beberapa masalah kasus hukum yang sampai pada hari ini tidak tuntas. Masalah yang paling heboh adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh seorang pegawai kantor pajak Gayus tambunan yang memiliki pangkat IIIA. Masyarakat dikejutkan dengan penemuan sejumlah uang dalam jumlah yang besar di rekening gayus yang notabanenya adalah pegawai dengan pangkat rendah. Yang menjadi unik dari kasus ini adalah terbongkarnya gembok-gembok raksasa dan munculnya nama-nama tokoh besar yang cukup dikenal oleh kalangan masyarakat indonesa bahkan orang nomor satu indonesai pun sempat disebut-sebut terlibat didalammya.

Kasus ini pun kemudian menjadi bola (angin) liar yang siap ditendang dan diarahkan kemana saja. Dan yang paling menakutkan adalah bola angin tersebut akan mengenai siapa saja tanpa harus mengetahui status dan kedudukan dari seseorang. Aparat peneggak hukum sebagai pengendali bola angin tersebut harusnya memeriksa dan memintai keterangan atas tuduhan yang dikenakan kepada pihak-pihak tersebut. Namun dalam beberapa kasus terkadang bola angin tersebut tidak dikendalikan oleh peneggak hukum tapi dikendalaikan oleh orang lain yang memiliki kekuasaan lebih besar sehingga justru penegak hukum itu sendiri yang menjadi bola angin kedua untuk darahkan kesiapa saja, ke instansi tertentu, tokoh-tokoh dan orang-orang tertentu sehingga identitas dari sipengendali bola angin tersebut menjadi kabur. Dengan demikian sipengendali (avatar) tersebut dengan kemampuannya, mampu mengendalikan semua keadaan dan menghindar dari berbagai serangan dan kritikan. Semua elemen; media,institusi (kpk, polri, kontor imigrasi, pajak, perusahaan) mampu dikendalikan.

Dan yang paling menakjubkan dari avatar ini dengan tongkat layangnya (satgas penegak hukum) manjadikan dia bisa bergerak leluasa untuk terbang dan berpindah tempat, sehingga peneggak hukum yang harus menindak perbuatanya yang hina itu semakin tak berdaya, untuk menyentuhnya pun mereka tak mampu. Ini lah avatar Indonesai dengan empat kemampuan elemennya (kuasa presidenx, satgas, CIA, demokrat) ingin membangun rezim cikeas ala suharto demi tetap tegaknya kendali kekuasaan atasnya.

Semua orang tahu dan sudah menjadi rahasia umum bahwa avatar lah yang menjadi pelakunya. Tapi yang manjadi masalah adalah ketika semua pendekar dinegeri ini tak mampu mengalahkanya lantas siapa yang harus mengalahkan avatar Indonesia ini....???

Dan ‘kebenaran’ sekarang adalah apa yang diajarkan oleh para pengkhotbah yang berasal dari mereka pula, orang suci dan pembela orang-orang kecil yang bersaksi tentang dirinya sendiri: ‘akulah kebenaran’.

(W.F Nietszche dalam Thus Spake Zarathustra)

demokrasi kaum miskin

Cerita ini diawali ketika teman-teman pusat studi demokrasi berkunjung ke komite perjuangan rakyat miskin yang notabennya ketua dan anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga. Kesan pertama yang hadir dalam benak adalah sosok perempuan perkasa yang berjuangan untuk menegakan keadilan dan hak mereka sebagai kaum miskin kota. Kenapa perempuan? karena menurut mereka kaum perempuanlah yang paling tahu kondisi daerah dan kaum miskin ketika para laki-laki mencari kerja. Para perempuan ini mengorganisir rakyat miskin di beberapa titik daerah miskin yang ada di kota makassar. Menurut mereka, rakyat miskin bukanlah barang jualan yang bisa ditawarkan kepada siapapun untuk bisa mendapat keuntungan. Selama ini mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena pemerintah sibuk dengan urusan pribadi yang bukan urusan rakyat. Kata mereka” pemerintah memperhatikan mereka ketika moment pilkada telah dekat. Pemerintah (elite) di kala itu dengan rajinnya datang mengunjungi dan mempertanyakan aspirasi mereka. Inilah demokrasi bagi kaum miskin. Demokrasi dalam artian kedaulatan rakyat menjadi hilang, dan digantikan kadaulatan elite.

Kaum miskin pada momen politik hanya menjadi jualan untuk mendokrak popularitas dan mencapai suara terbanyak. Sedangkan kasus-kasus kemiskinan, ketidakadilan kesehatan, dan pelayanan publik lainnya hanya menjadi angin lalu setelah pilkada selesai.

Oleh karena itu, menurut mereka kaum miskin harus melakukan perjuangan, harus punya visi politik yang sejahtera dalam artian kaum miskin harus punya bargening position dalam memperjuangkan aspirasi mereka. Yang lebih mengesankan adalah model pengorganisasian ini tidak di danai oleh pihak luar tapi atas swadaya mereka sendiri. Ini dilakukan dengan mengandeng beberapa kegiatan misalnya pengurusan SIM dengan membayar lebih 2 ribu setiap kuam miskin, jadi seribu untuk kas kelompok miskin di daerah yang bersangkutan dan seribunya masuk ke kelompok orgonaiser yang sewaktu-waktu di gunakan untuk membantu ketika ada masalah di rumah sakit, sekolah dimana para kaum miskin susah untuk mengakses dan mendapatkan pelayanannya publik. Inilah wajah negeri ini, negeri para kapitalis, negeri para firaun.




suara rakyat, suara terompet

Antara Citra DaN Cantik


Segala sesuatunya akan berubah, karena perubahan merupakan hukum alam yang sudah ditakdirkan atas segala ciptaan. Di alam kehidupan ini manusia merupakan kreator utama atas alam, manusia adalah penziarah dunia yang memiliki kemampuan atas ciptaan lainnya.

Didalam era kehidupan modern, manusia dengan kemampuan yang dimilikinya telah mampu membangun peradaban atas manusia dan makhluk lainnya. Termasuk kemampuan dalam mendesain diri dan orang lain agar semua tampak cantik dan indah kala mata memadangnya. Industrialisasi lahir sebagai hasil atas pencarian pemenuhan dan kemudahan manusia dalam menjalani hidupnya. Berbagai macam produk lahir dari industri sebagai jawaban atas kondisi sosial yang ada. Masalah tentang bagaimana diri harus berhadapan dengan orang lain, masalah diri ketika kondisi sosial menuntutnya sebagai kebutuhan harus dipenuhi. Berbagai tekanan kemudian lahir bertubi-tubi dan mengenai tepat didada dimana psikologi individu terganggu. Ini menjadi masalah serius yang harus di hadapi oleh setiap manusia, karena kondisi seperti itu melahirkan kegundahan dan kegelisahan hidup yang menimpa dirinya.

Masalah psikologi juga mengakibatkan inkonsistensi di dalam diri sehingga dengan kondisi seperti ini akan mudah dimanfaatkan oleh orang lain dan mudah percaya terhadap sesuatu. Alienasisasi terjadi dalam diri, orang lain, dan bahkan Tuhan. Hegemonisasi yang dilakukan oleh pihak tertentu akan mudah terlaksana. Inilah awal dari westoknisasi dan eastoknisasi manusia yang mengancam peradaban.

Lingkungan sosial yang liberal dengan kultur profit yang deras menjadikan segala usaha dihalalkan termasuk dalam pencitraan akan sesuatu. Fenomena yang mentradisi sekarang ini dengan lingkungan dan kultur profit adalah pencitraan perusahaan-perusahaan akan produk jualannya. Perusahaan akan mencitrakan berbagai produk untuk menarik khalayak ramai. Inilah kerja perusahaan.

Yang menjadi masalah besar dari itu sebenarnya adalah ketika manusia mencitrakan dirinya sebagai produk untuk menarik khalayak ramai. Cantik, angun, berbodi elment, dan putih menjadi standar bahwa khalayak ramai meminatinya. Ini menjadi trend dan mode terbaru ala manusia modern. Olehnya itu, kita kadang melihat perempuan dan lelaki yang melakukan perawatan dengan harga yang mahal dengan dilengkapi pakaian yang tipis dan serba setengah jadi ala gaya masa kini tapi pada sisi yang lain juga mereka mengorbankan perawatan itu ketika berada di tempat umum dan ramai. Semisal, ketika kondisi matahari yang panas dengan debu yang bertebaran dimana-mana, para perempauan maupun lelaki ini dengan rela jalan dengan tanpa menutup hidung, tanpa menutup badannya dengan pakaian yang tebal, tanpa menggunakan helm agar rambutnya bisa terurai panjang. Mereka melakukan ini demi pendapatkan pemujaan dan kebanggaan diri dari masyarakat dan kala itu perawatan menjadi diabaikan.

Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya perawatan yang dilakukan oleh bukanlah dengan tujuan kesehatan bagi mereka tapi perawatan itu dilakukan untuk mendapatkan image dan keterpesonaan orang lain atas dirinya. Ini menjadi efek dari kondisi psikologi yang tidak stabil sebagai imbas dari tekanan sosial dengan kultur citra dan profit yang menguasai dunia kehidupan manusia.

Oleh karena itu, kita hanya harus mengetahui dan memilah akan kebaikan hidup yang ditawarkan lingkungan terhadap kita.
(BERSAMABUNG.....)

===Machdani afala===