Minggu, 19 Juni 2011

Matinya Mahasiswa

oleh: La ode Machdani Afala

            Dalam sejarah perubahan, mahasiswa selalu mengambil andil yang cukup besar di dalam melakukan perubahan. Dimana perubahan yang dilakukan oleh mahasiwa itu dalam rangka meneggakkan keadilan dan membumikan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini dirampas oleh kaum yang menganggap dirinya memiliki legitimasi kekuasaan dalam menentukan nasib orang banyak. Mereka itu adalah para birokrat-birokrat pemerintah dan aparatur negara. Perubahan dilakukan oleh mahasiswa karena ia merasa bahwa identitasnya sebagai mahasiswa sehingga menggerakkannya untuk melakukan perubahan dan meneggakkan keadilan bagi setiap orang yang tertindas. Peran-peran ini hadir karena mahasiswa menyadari diri sebagai agent perubahan , agent pelopor dan melakukan pembelaan kepada rakya kecil dalam rangka meneggakkan keadilan sebagai akibat kebijakan pemerintah yang tidak memperhatikan rakyat kecil.

            Lantas dari manakah awal munculnya peran-peran tersebut? Dan kenapa harus mahasiswa yang mengemban peran itu? Adakah kewajiban itu harus di pikul oleh mahasiswa? Di dalam pandangan mahasiswa lembaga kampus adalah lembaga yang independent dimana intervensi politik itu di haramkan di dalamnya namun pada kenyataannya itu tetap terjadi. Lembaga kampus di percayai sebagai lembaga yang bisa melahirkan orang-orang yang memiliki kesadaran kritis dan spirit untuk melakukan perubahan, yang bertanggung jawab atas kehidupan orang banyak karena katanya mahasiswa adalah kumpulan para intelaktual dan yang memiliki idealisme yang tinggi dalam memperjuangkan perubahan. Oleh karena itu maka mahasiswa diserahi beban dan tanggung jawab yang demikian besar. Apakah memang demikian tanggung jawab yang harus di emban oleh kaum intelektual ini?

            Adakah orang lain selain mahasiwa yang bertanggung jawab atas ketidakadilan dan penindasan  terhadap orang lain? Semua sepakat bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain di sekitarnya. Sehingga tanggung jawab untuk melakukan perubahan dan pelopor pembaharuan itu tidak hanya wajib dilakukan oleh mahasiswa tetapi setiap orang melekat tanggung jawab pada dirinya sebagai makhluk sosial. Tetapi kenapa mahasiswa di tuntut lebih dibandingkan masyarakat biasa? Hal ini dikarenakan mahasiswa di golongkan sebagai kaum intelektual muda yang memiliki daya analisis dan solutif terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat dan karena independensi serta idealisme yang melekat pada mahasiswa itu sendiri.

            Namun, realitas mahasiswa sekarang menunjukkan sikap yang kini seakan lupa terhadap identitasnya sebagai mahasiswa dimana watak mahasiswa sekarang lebih mengarah kepada hal yang tidak prinsipil lagi, tetapi pada pemenuhan individualitanya. Misalnya realita mahasiswa sekarang ini cenderung apatis, heroik, hedon, akademik bangat, kuper dan sebagainya. Watak eperti inilah yang sekarang ini menggambarkan wajah mahasiswa sekarang dan itu  terjadi tidak lepas dari determinasi lingkungan dan tuntutan orang-orang di sekitar kita serta kebijakan/aturan yang dibuat oleh otoritas-otoritas kampus, dimana budaya-budaya kajian yang dulunya tumbuh subur di koridor kini sedikit demi sedikit mulai hilang di telan oleh keegoisan, kemalasan  mahasiswa itu sendiri serta aturan-aturan yang cenderung mengekang kebebasan manusia sebagai mahasiswa.

            Disisi lain mahasiswa itu sendiri terlalu menganggap diri sebagai sosok pahlawan untuk melakukan perubahan, mengarahkan  masyarakat untuk melakukan perjuangan secara masif untuk menentang ketidakadilan sehingga perkerjaan sebagai tempat mencari nafkah harus di tinggalkan, para tukang becak yang harus meninggalkan becaknya hanya untuk berdemo, masyarakat lain yang terganggu akibat demo yang kita buat sendiri dan akhirnya kita dianggap hero terhadap apa kita lakukan. Karena perasaan demikian sehingga kita selalu mencoba menunggangi masyarakat kecil untuk ikut dengan kita. Dan selanjutnya mahasiswa merasa sebagai super hero dalam menangani segala bentuk permasalahan kehidupan masyarakat.

            Disisi lain,di tengah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dengan pelayanan akses yang sangat tinggi di semua bidang kehidupan sehingga dengan mudah manusia dapat memperoleh apa yang mereka cari termasuk dalam menyiapkan ruang kerja bagi para lulusan mahasiswa dengan iming-iming gaji yang mensejahterakan hidup. Di tambah lagi tuntutan akan orang tua, lingkungan dan orang sekitar yang menjadikan kita harus bergegas cepat untuk selesai dari kampus dimana kampus hanya di jadikan sebagai pabrik izasah sebagai syarat untuk mendapatkan pekerjaan. Inilah yang menjadi dilema dikalangan mahasiwa sekarang ini. Dunia kampus telah menjadi pabrik untuk menghasilkan orang yang siap kerja di industri-industri para kapitalis. Inilah tuntutan hidup sekarang ini. Disisi lain kita sebagai mahasiwa harus memperjuangakan dan menyuarakan keadilan dan melakukan pengkaderan di lembaga kampus, dengan doktrin untuk loyal tehadap lembaga sampai melakukan pengekangan terhadap kebebasan junior dan bagaimana kita mengawal kebijakan pemerintahah untuk tetap berpihak kepada masyarakat luas. Identitas mahasiswa kini menjadi bias, tanpah arah, mahasiswa kini kehilangan jati dirinya sebagai mahasiswa. Era matinya mahasiswa kini telah lahir dan hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah yang dulu menjadi kenangan bagi pergerakan dan spirit mahasiswa.    

            Budaya posmodernisme kini telah menjadi tren baru dimana semua ruang telah di isi oleh  kepentingan kapitalisme global, semua wacana telah mangaburkan batas-batas baik dan buruk, benar dan salah sehingga dengan gampang pola pikir mahasiswa sekarang menjadi tak memiliki pijakan hidup maka lahirlah mahasiswa-mahasiwa pragmatik, hedon yang terjebak dalam dunia temporal/tidak jelas dan ini menambah suram kekaburan identitas kemahasiswaan kita. Mahasiswa kini tidak lagi memiliki nilai yang harus di perjuangkan  karena logika berpikirnya telah berubah dan di kendalikan oleh hasrat individualitasnya. Dan cara berpikir seperti inilah juga yang mempengaruhi mahasiswa di dalam melakukan dan menjalan kan perannya, entah itu didalam pergerakannya, pemberian solusi terhadap masalah bangsa dan akan mengaburkan bagaimana metodologi dalam meneggakkan keadilan dan mengadvokasi masyarakat kecil.

            Yang menjadi masalah sekarang, bagaimana seharusnya menghidupkan kembali Mahasiswa dengan mengembalikan ulang keidentitasanya?

            Dari sekian banyak mahasiswa yang ada, pasti ada satu atau dua orang yang tetap solid di dalam menjaga idealismenya dan mereka itulah yang harus kita jadikan rujukan dalam mengatasi problem mahasiswa sekarang dan disisi lain yang perlu kita lakukan adalah merekonstrusi paradigma kita untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang kita perjuangkan sebagai mahasiswa. Dan untuk merekonstruksi peradigma itu yang harus kita lakukan adalah mengembalikan kembali substansi dari keberadaan lembaga itu sendiri yaitu pengkaderan dalam artian pengkaderan itu harus membawa nilai sehingga pengkaderan itu sendiri bukanlah sebatas ritus dan ritual semata tetapi memang ada nilai yang ditanamkan, sekalipun nilai itu ditanamkan secara doktrinal. Pengkaderan yang sukses akan melahirkan kader yang kritis, kader yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan kehidupan. Dan yang lebih penting juga bahwa perbedaan zaman maka meniscayakan perbedaan metodologi dalam melakukan pengkaderan maupun dalam melakukan pergerakan sehingga tidak larut dalam eforia masa lalu. Tetapi bukan berarti kita tidak belajar masa lalu tetapi bagaimana spirit masa lalu  terkontekskan  di dalam masa kini. Kalau kita belajar dari falsafah hidup Mahatma Ghandi yang mengatakan bahwa ‘’perhatikanlah makananmu karena akan mempengaruhi pikiranmu, perhatikanlah pikiranmu karena akan mempengaruhi tindakanmu’’. Dalam artian kita harus belajar dari membenahi diri kita sendiri dan ketika kita sudah bisa membenahi diri maka kita bisa membenahi orang lain. Dan akhirnya melalui pengkaderan itu, kesadaran yang dulunya hanya berada di benak kini bisa menggerakan jiwa untuk terus melakukan perjuangan dan perubahan.

            Dan yang tidak kalah penting dalam membangun dan mengawal pengkaderan adalah dengan membentuk team pengkaderan/garda pengkaderan yang tetap solit dan konsisten didalam perjuangan nilai-nilai perjuangan itu sendiri. Pemikiran yang holistik dalam melihat masalah kemahasiswaan saat ini adalah salah satu cara bagaimana kita merekonstruksi kembali budaya dan mengembalikan identitas mahasiswa. Sekalipun didalam memperjuangkan masyarakat kecil, mahasiswa merasa heroik/superior dan memang harus seperti itu. Bayangkan kalau kita tidak memiliki keberanian dan merasa tahu dalam melakukan pergerakan atau perubahan? Maka bisa di pastikan tidak ada mahasiswa yang lagi mengadvokasi masyarakat dan berjuang bersama rakyat, yang salah adalah ketika perasaan heroik/Superior itu lepas dari nilai-nilai yang kita perjuangkan bagi rakyat dan perubahan. Mahasiswa mengambil peran ini adalah suatu pilihan bukanlah paksaan yang harus diwajibkan bagi setiap orang. Intinya lembaga kemahasiswaan adalah motor pertama di dalam menggerakan dan menyelenggarakan pengkaderan, sehingga lembaga itu sendiri sebenarnya adalah ruh dari pengkaderan.

            Perubahan adalah sesuatu yang melekat dalam diri kita
            Tak berubah berarti itu adalah kematian bagi kita
            Perubahan adalah gerak itu sendiri
            Karena gerak adalah makna dari hidup

0 komentar:

Posting Komentar