Selasa, 07 Juni 2011

Bagaimana kita yang materi menyentuh/merasakan Tuhan yang non materi???


Bahwa di dalam diri manusia terdapat unsur non materi dimana sesuatu itu bernama jiwa dan jiwa ini dimiliki setiap mahkluk hidup. Jiwa manusia adalah fakultas yang menjadikan potensi yang ada dalam diri manusia itu menjadi teraktual misalnya melihat , mendengarkan, merasakan. Semua itu adalah contoh dari aktualitas potensi jiwa.

Kemudian asumsi lainnya bahwa didalam epistemologi, kita mengenal beberapa pembagian ilmu terutama ilmu Hudhuri dan ilmu Hushuli, dimana ilmu hudhuri adalah ilmu antara objek dan subyeknya tidak terpisah dalam artian menyatu antara subyek dan obyeknya sehingga pengetahuan dari sesuatu itu objektif tanpa keraguan sehingga kita tidak perlu lagi menilai tentang benar dan salahnya sesuatu itu karena kita langsung menyaksikannya. Sedangkan ilmu hushuli adalah ilmu dimana antara subyek dan obyeknya itu terpisah dalam artian obyek kajiannya berada di luar subyek sehingga untuk mengetahui kebenaran obyektif dari sesuatu itu di perlukan analisis/usaha dalam pemikiran dalam mengetahuinya sehingga kita bisa menilainya benar atau salah dari sesuatu itu. Sebagai contoh ketika anda menanyakan tentang kota mekkah kepada seseorang yang dari mekkah, maka orang tersebut akan mendiskripsikan/menjelaskan kepada anda tentang mekkah itu bahwa kota mekkah itu seperti ini dan itu, dalam artian anda hanya bisa membayangkan karena kota mekkah itu sendiri berada jauh dari diri anda sebagai subyek. Itulah contoh ilmu hushuli ketika anda mengetahui sesuatu itu melalui perantaraan sehingga kebenarannya pun masih diragukan. Berbeda dengan orang atau kita langsung hadir/datang ke mekkah sehingga kita bisa menyaksikan langsung dan pengetahuan kita tentang mekkah akan lebih obyektif di banding kita tidak datang dan tidak menyaksikannya secara langsung. Ilmu hudhuri bahwa antara kota mekkah sebagai obyek itu tidak terpisah dengan kita sebagai subyek sehingga kita tidak perlu/butuh banyak usaha untuk menilai benar dan salahnya tentang bagaimana kota mekkah tersebut karena kita telah hadir dan menyaksikannya secara langsung.

Olehnya itu, untuk mengetahui sesuatu di luar diri kita, kita membutuhkan analisis pemikiran berdasarkan pengetahuan yang kita miliki sedangkan jika sesuatu itu tidak berada diluar diri kita tapi bahwa sesuatu itu menyatu dengan diri kita maka kita tidak membutuhkan lagi analisis dan pemikiran yang panjang tentang sesuatu itu karena kita langsung mengetahuinya dan menyaksikannya secara langsung. Sekarang bagaimana kita yang materi menyentuh/merasakan Tuhan yang non materi??? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita mempertanyakan apakah Tuhan itu terbatas? Apakah Tuhan meliputi segala sesuatu ataukah tidak? Apakah Tuhan itu berada di dalam diri kita ataukah berada di luar diri kita? Dan Bagaimana sebenarnya konsep Tuhan itu sendiri hadir dalam diri kita?

Secara rasionalitas pasti kita mengatakan bahwa Tuhan itu meliputi segala sesuatunya, di mana tidak ada satu tempat pun di dunia ini maupun dialam semesta ini yang tidak dilingkupinya. Kalaupun kita menolaknya maka semua landasan berpikir kita menjadi gugur dan itu mustahil terjadi. Oleh karena itu, Tuhan itu meliputi segala sesuatu termasuk manusia itu sendiri sebagai ciptaannya. Sebagaimana Tuhan meliputi segala sesuatu maka kita sebenarnya mengetahui konsep Tuhan dan merasakan/menyentuhNya, itu melalui pengetahuan Hudhuri dimana kita dan Tuhan tidak dipisahkan oleh apapun juga dalam artian subyek dan obyek tidak terpisah karena kita sendiri dilingkupi olehNya, ibaratnya kita adalah setetas air yang berada dalam lautan yang tiada bertepi dan penuh dengan kenikmatan dan lautan itu adalah Dia.

Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana kita yang materi merasakan/menyentuh Tuhan yang non materi ambillah contoh yang paling dekat dengan diri anda sendiri yaitu diri anda sendiri. Hal ini kita lakukan dengan merenung untuk memulai merasakan/menyentuh diri kita sendiri yang terdalam. Apakah Kita ini sendiri adalah diri kita sendiri bukan orang lain?? Dari mana kita tahu bahwa diri ini adalah diri kita sendiri bukan orang lain dan apa buktinya??

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa kita jawab dengan melakukan perenungan yang dalam tentang diri kita sendiri. Jadi pada dasarnya kita mengetahui diri kita bahwa bukan orang lain tapi kebenaran yang kita peroleh adalah obyektif tanpa keraguan dan itu pasti benar. Dalam artian kita mengetahui bahwa diri ini adalah diri kita sendiri dan bukan orang lain itu melalui pengetahuan Hudhuri. Kita menyaksikan langsung tanpa perantara bahwa diri ini adalah diri kita sendiri bukan orang lain.

Dan pada dasarnya ketika kita merenung dan merasakan diri kita sendiri dalam artian kita mengenal diri kita sendiri maka sesungguhnya kita tidak melibatkan materi/jasad kita dalam mengenal diri kita karena pada dasarnya materi itu sendiri adalah kendaraan bagi kita menuju Tuhan. Tetapi yang mengetahui dan yang di ketahui oleh diri kita tentang diri kita sendiri adalah ke-Aku-an (jiwa) kita yang non materi. Oleh karena itu, untuk merasakan yang non materi harus melalui non materi juga yang ada dalam diri kita.

Kita juga bisa mengambil contoh lain dan merasakan/menyentuh Tuhan yang non materi, ini kita bisa lihat dari contoh kehidupan kita sehari misalnya hubungan antara orang tua kita yaitu ibu kita dengan diri kita sendiri. Seorang ibu didalam membesarkan anaknya dengan kasih sayangnya mulai dari kita berada didalam kandungan sampai akhir hayat kita dan kita pun sebagai anak merasakan sebaliknya kasih sayang ibu tersebut di dalam diri kita. Kalau kita mengambil contoh ini dalam menjelaskan masalah diatas maka kita akan memulainya lagi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut. Bagaimana rasa kasih sayang itu terbangun antara ibu kita dengan diri kita? Apakah hubungan kasih sayang itu adalah sesuatu yang hakiki ada dan terjadi?

Dalam menjawab pertanyaan ini sama dengan jawaban pertanyaan sebelumnya bahwa hubungan kasih sayang yang terbangun antara ibu dengan diri kita karena kita memiliki ke identikan dengan ibu kita dimana jiwa kita senantiasa merasakan kehadiran kasih sayang dari seorang ibu dan hubungan ini adalah hubungan yang hakiki bukan hubungan aksidental olehnya itu kita bisa senantiasa merasakan kasih sayang seorang ibu terhadap kita dimana pun berada (tanpa di batasi oleh ruang dan waktu) dan hubungan itu sifatnya non materi.

Dalam kasus lain kita bisa menjawab masalah diatas dengan sepenggal kisah contoh sebagai berikut.
Ketika anda berlayar dengan sebuah kapal dan pada saat itu anda berada di tengah lautan dan kemudian terjadi ombak besar dengan angin yang sangat kencang disertai kilat dan guntur yang membuat suasana semakin mencekam dan pada saat itu kapal anda akan tenggelam dan itu berarti keselamatan anda terancam, lalu anda meminta tolong. Pertanyaannya, anda meminta tolong pada siapa? Tentu pada Tuhan. Apakah ketika anda meminta tolong kepada Tuhan, Apakah konsep Tuhan dalam benak anda itu adalah buatan pikiran anda semata sehingga anda meminta pertolongan pada hasil pikiran anda? Ataukah memang Konsep Tuhan dalam benak anda adalah sesuatu yang hakiki, bukan buatan anda sendiri? Pertanyaan itu akan mudah anda jawab dengan merenung dan berpikir tentang pertanyaan itu sendiri. Dan dalam kasus ini bahwa apa yang ada dalam benak kita tentang konsep Tuhan adalah benar-benar ada dan bukan buatan khayalan pikiran manusia, karena orang manapun baik ateis atau tidak, mustahil menyembah Tuhan hasil pikirannya sendiri dan pasti mengakui bahwa sosok yang dimintai pertolongannya dalam kasus itu bukanlah buatan khayalan semata, tapi adalah benar-benar ada.

Kesimpulanya bahwa untuk merasakan/menyentuh Tuhan dalam artian mengetahuinya adalah dengan mengenal diri kita sendiri. Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu,Siapa yang tidak mengenal dirinya maka dia tidak akan mengenal Tuhannya. Dengan mengenal diri (arafa nafsahu) kita bisa menyibak semua realitas diri kita dan Alam semesta ini dan bagaimana kita seharusnya di hadapan Rabb. Mengetahui hakikat dalam diri kita adalah kunci mengenal Dia sesungguhnya.

Kita tak perlu berlari jauh dan melangkahkan kaki untuk mencari bayangan kita
Kita tak perlu memegang bintang untuk melihat bintang nan jauh
Kita tak perlu berteriak untuk memanggil diri kita yang tak berjarak
Karena semua yang engkau inginkan ada didalam diri anda sendiri

Wallahu allam bisawab
La Ode Machdani Afala
(PK 7, D Pondok Istikomah, kamar 126, selasa,jam 11.36 wita.23 january 2010)

0 komentar:

Posting Komentar