Jumat, 17 Juni 2011

Netokrasi (Jejaring Rakyat); Bangunan Masyarakat Digital




Oleh: La Ode Machdani Afala

Dunia dengan perkembanganya telah menempatkan tekno-mesin sebagai pusat segala sesuatunya. Perkembangan teknologi yang spektakuler ini melahirkan mega-mesin, dimana semua sendi kehidupan dipenuhi dengan mesin-mesin. Perkembangan ini telah mengantikan kerja-kerja dan tanaga manusia dengan mesin. Perkerjaan yang dulunya dikerjakan dengan menggunakan tangan manusia sekarang dikerjakan oleh mesin-mesin sebagai bentuk penemuan akan kebutuhan dan desakan sosial untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Mesin lahir sebagai evolusi pemikiran manusia yang pada dasarnya merupakan perwujudan kurioritas yang tinggi untuk memecahkan dan mengungkap tabir rahasia segala alam eksistensial.

Lahirnya industrialisasi yang ramai telah meletakan norma-norma baru sebagai wujud adaptifitas perkembangan zaman. Industri yang menjamur di berbagai tempat telah mengubah dan menjadikan wajah baru dunia modern serta pertambahan penduduk dan tingkat kebutuhan yang memerlukan tenaga besar menjadi hal yang penting. Dan bahwa efisiensi dan efektivitas serta produktivitas yang tinggi menjadi prioritas utama.
Abad teknologi adalah tanda abad percepatan. Dunia seakan berlari begitu cepat dan meninggalkan penghuninya, dunia terlipat beberapa lipatan sehingga bentangan garis lintang dan bujurnya menyusut berpuluh-puluh derajat. Penemuan satelit, internet, dan media komunikasi dan elektronik lainnya telah memanjakan manusia dari ketersiksaannya selama ini. Kondisi tersebut pada akhirnya menggiring manusia pada satu titik kesadaran yang tak disadarinya dimana manusia masuk ke dalam gerbong yang dibuatnya sendiri sehingga terbawa arus teknologisasi. Dalam hal ini, manusia tidak mampu mengendalikan hasil ciptaannya sendiri, karena ternyata penemuan mesin-mesin tersebut justru berbalik mengendalikan manusia, dalam artian manusia teralienasi dari ciptaannya sendiri. Dan bahwa manusia dikendalikan oleh ciptaannya sendiri (reifikasi).

Kelahiran mega-tekno-mesin yang tidak terkendali telah menciptakan jaringan-jaringan sosial baru, dimana manusia memanfaatkan kemajuan tersebut untuk membangun sistem kehidupan baru. Semisal lahirnya beberapa jaringan teroris, jaringan hecker, jaringan penjualan anak dan perempuan, jaringan bandit, jaringan parpol, jaringan media, dan jaringan sosial lainnya. Manusia dengan kemajuan itu menemukan kehidupan baru, dimana sebuah komunitas sosial yang menghubungan manusia dengan berbagai versi wajah dan karakter manusia dalam dunia virtual dan menemukan kesenangan tersendiri ketika berada dalam komunitas itu.

Perkembangan teknologi juga terjadi di dalam tata pemerintahan dan kelola negara dimana semua aktivitas pemerintahan atau penyelenggaraan negara telah dikendalikan oleh tatanan jaringan; e-government, e-ekonomic, e-commers. Dunia jaringan ini telah menciptakan dunia baru, dunia maya yang menampakan bayangan-banyangan semu dari setiap realitas hakiki. Kondisi ini disebut dengan hyperrealitas (melampaui realitas). Hyperrealitas kemudian menguasai dan menggantikan semua realitas; realitas sosial, budaya, politik, ekonomi, agama, dan hukum. Sehingga dengan demikian manusia disuguhi dengan sajian praktis dan instan dengan mengkonsumsi realitas maya (imajiner) yang membangun kesadaran palsu.

Kesadaran palsu yang terbangun dalam konstruk pemikiran manusia sebagai akibat hyperrealitas akan mengarah pada nihilisme dan pragmatisme hidup. Kondisi ini akan berdampak pada pola komunikasi dan kontruksi peradaban manusia yang mengarah pada narsistik, egoistik, dan vulgaristik yang melupakan substansi. Di sisi lain, pola pemikiran tersebut juga akan berefek pada kondisi sosio ekonomi dan pemerintahan yang mengarah pada resiko tinggi bagi kehidupan manusia. Karena tatanan budaya, pemerintahan, agama, sosial, dan hukum tergerus dan digantikan oleh tatanan baru yang menolak religiusitas, aturan, nilai dan norma.

Keterjerambapan manusia dalam realitas virtual (Hyperrealitas) akan semakin mengikis spirit ilahi dalam diri manusia dan terbangunnya ikatan emosional yang dangkal yang terjalin atar manusia. Manusia pada akhirnya hanya akan mewakilkan dirinya pada corengan garis, suara, warna sebagai tanda bahwa pengakuan akan eksistensi dirinya. Manusia-manusia dunia pada akhirnya akan dihuni oleh robot-robot dan hantu-hantu yang tanpa ruh dan jasad karena telah terpisahkan oleh digitalisasi realitas.
Dalam ilmu politik dan pemerintahan, pada dasarnya rakyat (manusia) diperintah oleh negara (pemerintah) atas nama rakyat banyak (demokrasi), diperintah sedikit orang (aristokrasi) atau diperintah oleh satu orang (monarki), akan tetapi dalam dunia mega-tecno rakyat di perintah oleh jejaring rakyat (netokrasi) sebagai sistem otoritas baru yang mengantikan posisi dan peran negara.

Manusia dalam netokrasi tidak lagi terikat pada negara, akan tetapi manusia mengendalikan dirinya dengan kebebasan di dalam mengatur dirinya melalui jejaring virtual. Inilah masyarakat digital yang berada dalam larutan citra dan dalam kedangkalan makna.

0 komentar:

Posting Komentar